Laman

Jumat, 20 Maret 2015

TULISAN SOFTSKILL ILMU BUDAYA DASAR



SUKU JAWA

Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah populasi terbanyak (sekitar 100 juta orang menurut data tahun 2011) di Indonesia berawal layaknya kelompok etnis Indonesia, kebanyakan termasuk masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat. Nenek moyang masyarakat Jawa adalah orang purba yang berasal dari Austronesia, sebuah spesies yang diperkirakan berasal dari sekitaran Taiwan dan bermigrasi melewati Filipina sebelum akhirnya tiba di pulau Jawa pada tahun 1.500 dan 1.000 sebelum masehi. Suku etnis Jawa memiliki banyak sub-etnis seperti misalnya orang Mataram, orang Cirebon, Osing, Tengger, Boya, Samin, Naga, Banyumasan, dan masih banyak lagi. Dewasa ini, mayoritas suku Jawa memproklamirkan diri mereka sebagai orang Muslim dan minoritasnya sebagai Kristen dan Hindu. Terlepas dari agama yang mereka anut, peradaban suku Jawa tidak pernah bisa dilepaskan dari interaksi mereka terhadap animisme asli yang bernama Kejawen yang telah berjalan selama lebih dari satu milenium, dan pengaruh kejawen tersebut juga masih banyak bisa kita temui dalam sejarah Jawa, kultur, tradisi, dan bidang seni lainnya.

Orang Jawa terkenal karena keramahan dan sopan santun apabila berbicara dengan orang lain. Mereka juga tidak mudah tersinggung dalam menghadapi orang lain, mereka juga suka bercanda dan periang, serta bisa menempatkan diri di hadapan kelompok etnis lain. Karena sifat dan karakter seperti ini lah yang membuat mereka bisa hidup dan berbaur dengan suku bangsa dari mana saja.

Orang Jawa berbicara dalam bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari, tapi mereka juga bisa berbicara dalam bahasa Indonesia dengan dialek yang kental, untuk berkomunikasi dengan suku-suku lain. Masyarakat suku Jawa yang telah bermukim di luar pulau Jawa, seperti di Sumatra Utara dan yang terdapat di daerah Tondano provinsi Sulawesi Utara, para generasi mudanya kebanyakan sudah tidak bisa berbahasa Jawa lagi, mereka cenderung menggunakan bahasa-bahasa dan dialek setempat.

A. Adat Pernikahan Suku Jawa

            Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.


            Tahapan-tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa tersebut memiliki simbol – simbol dalam setiap sessionnya, atau biasa kita sebut sebagai makna yang terkandung dalam tiap tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa. Adapun tahapan – tahapan dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa adalah sebagai berikut.

1. Nontoni
            Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari dekat.

2. Nakokake/Nembung/Nglamar
            Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan menanyakan beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi calon mempelai wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari calon pengantin pria memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk berbesanan. Lalu calon pengantin wanita diajak bertemu dengan calon pengantin pria untuk ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon pengantin wanita setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan utusan untuk melakukan kekancingan rembag (peningset). Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan.

3. Pasang Tarub
            Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai talinya.

4. Midodareni
            Rangkaian upacara midodareni diawali dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni. Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna.

5. Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau petugas agama.

6. Panggih
Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak endhog, dan mijiki.

7. Balangan suruh
Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur.

8. Ngidak endhok
Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak telur tersebut.

9. Wiji dadi
Upacara ini dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi bunga setaman.

10.Timbangan
            Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin  duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif.

11. Kacar-kucur
Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil).

12. Dulangan
Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman.

13. Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri.

14. Kirab
Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untu menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki tempat panggih.

15. Jenang Sumsuman
Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan kata lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat walafiat.

16. Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar setelah acara perkawinan  

B. Rumah Tradisional Suku Jawa

Joglo merupakan rumah adat tradisional suku jawa. Ada bermacam-macam jenis rumah jonglo diantaranya joglo limas, joglo sinom, joglo pangrawit dan sebagainya. Rumah jenis joglo memiliki struktur bangunan yang unik dimana biasanya rumah tersebut memiliki dua bagian utama yaitu bagian pendapa yang biasanya ukuranya sangat luas, ruangan ini biasanya dipergunakan sebagai tempat meneriam tamu maupun tempat untuk musyawarah. Sedangkan bagian kedua adalah bagian dalam dari rumah joglo yang biasanya bersifat tertutup untuk orang luar karena merupakan ruang privasi yang berupa kamar dapur dan sebagainya. Rumah joglo pada masa lampau biasanya hanya dimiliki oleh para pembesar atau orang-orang kaya saja.


C.Senjata Tradisional Suku Jawa

Keris Merupakan Senjata khas suku Jawa, khususnya bagi masyarakat Jogja dan Jawa Tengah ini adalah suatu senjata yang mengandung nilai mistis dan sakral. Bagi masyarakat Jawa penganut aliran kejawen, bahkan keris ini dianggap memiliki jiwa dan harus dipelihara, dimandikan bahkan diberi makan . Keris ini memiliki panjang seperti sebuah pisau, hanya saja bentuknya yang tergolong unik, karena bentuknya meliuk-liuk seperti seekor ular.
Menurut kisah-kisah masyarakat Jawa Tengah, Keris ini merupakan kebanggaan bagi kaum priyayi (kaum keraton) dan diselipkan di pinggang sebelah kiri sebagai perlambang keperkasaan dan kebangsawanan.



D.Kesenian Suku Jawa

System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.

1.Kesenian tipe jawa tengah

Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut :
- Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil
- Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu,   
   gek kepiye dan pitik tukung
- Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah
-Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah
  ketoprak.

2.Kesenian tipe jawa timur

Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut :
- Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping
- Seni pewayangan antara lain wayang beber
- Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan
   ngidung (dari Surabaya)
-  Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.

SUMBER TULISAN:
http://www.portalsejarah.com/asal-usul-suku-jawa-dalam-sejarah.html
http://deutromalayan.blogspot.com/2012/10/suku-jawa.html
http://sanggarriasshella.blogspot.com/2013/10/tata-urutan-upacara-pengantin-jawa.html
http://bintangkarang.blogspot.com/2012/06/joglo-rumah-tradisional-suku-jawa.html
https://qonitahafnan.wordpress.com/senjata/
http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar