SUKU JAWA
Suku Jawa merupakan suku dengan
jumlah populasi terbanyak (sekitar 100 juta orang menurut data tahun 2011) di
Indonesia berawal layaknya kelompok etnis Indonesia, kebanyakan termasuk
masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat. Nenek moyang masyarakat Jawa adalah
orang purba yang berasal dari Austronesia, sebuah spesies yang diperkirakan
berasal dari sekitaran Taiwan dan bermigrasi melewati Filipina sebelum akhirnya
tiba di pulau Jawa pada tahun 1.500 dan 1.000 sebelum masehi. Suku etnis Jawa
memiliki banyak sub-etnis seperti misalnya orang Mataram, orang Cirebon, Osing,
Tengger, Boya, Samin, Naga, Banyumasan, dan masih banyak lagi. Dewasa ini,
mayoritas suku Jawa memproklamirkan diri mereka sebagai orang Muslim dan
minoritasnya sebagai Kristen dan Hindu. Terlepas dari agama yang mereka anut,
peradaban suku Jawa tidak pernah bisa dilepaskan dari interaksi mereka terhadap
animisme asli yang bernama Kejawen yang telah berjalan selama lebih dari satu
milenium, dan pengaruh kejawen tersebut juga masih banyak bisa kita temui dalam
sejarah Jawa, kultur, tradisi, dan bidang seni lainnya.
Orang Jawa terkenal karena keramahan
dan sopan santun apabila berbicara dengan orang lain. Mereka juga tidak mudah
tersinggung dalam menghadapi orang lain, mereka juga suka bercanda dan periang,
serta bisa menempatkan diri di hadapan kelompok etnis lain. Karena sifat dan
karakter seperti ini lah yang membuat mereka bisa hidup dan berbaur dengan suku
bangsa dari mana saja.
Orang Jawa berbicara dalam bahasa
Jawa dalam percakapan sehari-hari, tapi mereka juga bisa berbicara dalam bahasa
Indonesia dengan dialek yang kental, untuk berkomunikasi dengan suku-suku lain.
Masyarakat suku Jawa yang telah bermukim di luar pulau Jawa, seperti di Sumatra
Utara dan yang terdapat di daerah Tondano provinsi Sulawesi Utara, para
generasi mudanya kebanyakan sudah tidak bisa berbahasa Jawa lagi, mereka
cenderung menggunakan bahasa-bahasa dan dialek setempat.
A. Adat Pernikahan Suku Jawa
Pernikahan adalah suatu
rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua
perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu
keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna
melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli
penghitungan hari baik berdasarkan patokan
Primbon Jawa.
Tahapan-tahapan
Upacara Pernikahan Adat Jawa tersebut memiliki simbol – simbol dalam setiap
sessionnya, atau biasa kita sebut sebagai makna yang terkandung dalam tiap tahapan
Upacara Pernikahan Adat Jawa. Adapun tahapan – tahapan dalam Upacara Pernikahan
Adat Jawa adalah sebagai berikut.
1. Nontoni
Pada
tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan
utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon
pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon
dari dekat.
2. Nakokake/Nembung/Nglamar
Sebelum
melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan menanyakan beberapa hal pribadi
seperti sudah adakah calon bagi calon mempelai wanita. Bila belum ada calon,
maka utusan dari calon pengantin pria memberitahukan bahwa keluarga calon
pengantin pria berkeinginan untuk berbesanan. Lalu calon pengantin wanita
diajak bertemu dengan calon pengantin pria untuk ditanya kesediaannya menjadi
istrinya. Bila calon pengantin wanita setuju, maka perlu dilakukan
langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya tersebut adalah ditentukannya
hari H kedatangan utusan untuk melakukan kekancingan rembag (peningset). Ketika
semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari
pernikahan.
3. Pasang
Tarub
Bila
tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya
yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa
yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau
welat sebagai talinya.
4. Midodareni
Rangkaian
upacara midodareni diawali dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan
sebelum acara midodareni. Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga
nampak seperti sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna.
5. Akad
Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara
perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah
disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang
dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau
petugas agama.
6. Panggih
Upacara
panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang
merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan
balangan suruh, ngidak endhog, dan mijiki.
7. Balangan
suruh
Upacara
balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang
dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut
gondhang kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut
gondhang tutur.
8. Ngidak
endhok
Upacara ngidak endhog diawali oleh
juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan
pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan
di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak
telur tersebut.
9. Wiji
dadi
Upacara ini
dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin
wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi
bunga setaman.
10.Timbangan
Upacara
timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini
dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara
kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin
wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan
ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa
keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif.
11. Kacar-kucur
Caranya
pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin
wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya.
Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak,
kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil).
12. Dulangan
Dulangan
merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling
menyuapkan makanan dan minuman.
13. Sungkeman
Sungkeman
adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng
dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra
maupun orangtua pengantin putri.
14. Kirab
Upacara kirab
berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat
untu menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih
ataupun akan memasuki tempat panggih.
15. Jenang Sumsuman
Upacara
jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan kata
lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan
baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat
walafiat.
16. Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut
dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh
keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara
bersama-sama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang
diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap
seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak
keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar
setelah acara perkawinan
B.
Rumah Tradisional Suku Jawa
Joglo
merupakan rumah adat tradisional suku jawa. Ada bermacam-macam jenis rumah
jonglo diantaranya joglo limas, joglo sinom, joglo pangrawit dan sebagainya.
Rumah jenis joglo memiliki struktur bangunan yang unik dimana biasanya rumah
tersebut memiliki dua bagian utama yaitu bagian pendapa yang biasanya ukuranya
sangat luas, ruangan ini biasanya dipergunakan sebagai tempat meneriam tamu
maupun tempat untuk musyawarah. Sedangkan bagian kedua adalah bagian dalam dari
rumah joglo yang biasanya bersifat tertutup untuk orang luar karena merupakan
ruang privasi yang berupa kamar dapur dan sebagainya. Rumah joglo pada masa
lampau biasanya hanya dimiliki oleh para pembesar atau orang-orang kaya saja.
C.Senjata
Tradisional Suku Jawa
Keris
Merupakan Senjata khas
suku Jawa, khususnya bagi masyarakat Jogja dan Jawa Tengah ini adalah suatu
senjata yang mengandung nilai mistis dan sakral. Bagi masyarakat Jawa penganut
aliran kejawen, bahkan keris ini dianggap memiliki jiwa dan harus dipelihara,
dimandikan bahkan diberi makan . Keris ini memiliki panjang seperti sebuah
pisau, hanya saja bentuknya yang tergolong unik, karena bentuknya meliuk-liuk
seperti seekor ular.
Menurut kisah-kisah masyarakat Jawa Tengah, Keris ini merupakan
kebanggaan bagi kaum priyayi (kaum keraton) dan diselipkan di pinggang sebelah
kiri sebagai perlambang keperkasaan dan kebangsawanan.
D.Kesenian
Suku Jawa
System kesenian masyarakat jawa
memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.
1.Kesenian tipe jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah
bermacam-macam misalnya sebagai berikut :
- Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari
serimpi dan tari bambang cakil
- Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan
suwe ora jamu,
gek kepiye dan
pitik tukung
- Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah
-Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa
tengah antara lain adalah
ketoprak.
2.Kesenian tipe jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung
timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut :
- Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban,
dan tari kuda lumping
- Seni pewayangan antara lain wayang beber
- Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti
tanduk majeng (dari Madura) dan
ngidung (dari
Surabaya)
- Seni teater
tradisional antara lain ludruk dan kentrung.
SUMBER TULISAN:
http://www.portalsejarah.com/asal-usul-suku-jawa-dalam-sejarah.html
http://deutromalayan.blogspot.com/2012/10/suku-jawa.html
http://sanggarriasshella.blogspot.com/2013/10/tata-urutan-upacara-pengantin-jawa.html
http://bintangkarang.blogspot.com/2012/06/joglo-rumah-tradisional-suku-jawa.html
https://qonitahafnan.wordpress.com/senjata/
http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar