TUGAS ILMU BUDAYA DASAR 4
MANUSIA DAN KEGELISAHAN
NAMA: CHANDRA
CIPTA TIASMORO
KELAS: 4KA47
NPM: 1B114081
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah Subhanallah Wa Ta'alla, karena atas rahmat dan karunia-Nya.
Makalah
ini dibuat dalam rangka
pembelajaran mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar agar kita dapat memperluas wawasan kita tentang Ilmu Budaya Dasar.
Pemahaman tentang manusia dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan, dengan harapan besar masalah-masalah dapat diselesaikan dengan baik
dan dapat dihindari kelak ke depannya, sekaligus menambah wawasan bagi kita
semua.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Hasdiana selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadama.Dalam tugas ini
masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
menerima kritik dan sarannya yang membangun. yang disebabkan terbatasnya ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya saran dan petunjuk serta kritik yang membangun. Dari berbagai pihak agar
dikemudian hari penulis dapat membuat penulisan ilmiah dengan lebih baik
lagi.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada
penulis ini mendapat imbalan dan pahala yang berlipat dari Allah SWT, Amin
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah
mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat
menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan
dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani,
tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal
takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan
perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula
seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun
benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Kegelisahan
merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan
karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak
sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab
orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari
itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari
diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi
dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk
terlepas dari rasa kegelisahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan
berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa
khawatir, tidak tenang, tidak sabar,
cemas. Sehingga kegelisahan merupakan
hal yang menggambarkan seseorang
tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam
tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak.-gerik itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir
dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan
tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung
atau sayu, malas bicara, dan lain-lain.
Kegelisahan
merupakan salah satu ekspresidari kecemasan.Karena itu dalam kehidupan
sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun
ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.
Penyebab
lain kegelisahan karena adanya kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan
mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka
hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar
dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang
demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan
murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia
berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini
silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund
Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan
ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur
dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat
akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia
keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut jelas
bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya
bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan
ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami
ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang
akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya
kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para
peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang
pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu
hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan moral
Kegelisahan
ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau
malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani.
Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan
sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun
mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya
itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi,
mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu.
Contohnya: Setelah terungkap
permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
2.2 Faktor Penyebab Kegelisahan
Apabila kita
kaji, sebab-sebab orang
gelisah adalah karena
pada hakekatnya orang takut
kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman
dari luar maupun dari
dalam.
Bukan
merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari
faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua.
Bahkan, terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan
faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia
sampai akhir hayatnya. Faktor penyebab
kegelisahan antara lain:
A. Dari Dalam
Faktor
kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1.Cinta Diri
Kecintaan
seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah
berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan
berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud
cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri
sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu,
sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya
perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan
buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia,
mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya
secara keseluruhan demi memperoleh
kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat
Allah
Dalam
beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan
tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah,
berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan
larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah
mengguncangkan jiwanya.
Ya,
orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit
ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang
agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi
manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana,
kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa
riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram
dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang
dari dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang
was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras
akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang
dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia,
sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena
itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan
guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran
tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul
dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang
berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya
merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat
disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin,
sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang
pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita
membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena
itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan
keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat
besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu
akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam
keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya
was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran
dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini
merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam
mengendalikan diri.
Tidak
diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri
seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang
kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan
menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan
penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi
penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan
jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri
kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan
terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia
menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang
lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan
lemah
2.3 Usaha-Usaha untuk Mengatasi Kegelisahan
Mengatasi kegelisahan
ini pertama-tama harus mulai
dari diri kna scndiri, yaitu
kita harus bersikap tenang.
Dengan sikap tenang
kita dapat berpikir
tenang, sehingga segala kesulitan dapat
kita atasi.
Contoh:
Dokter yang menghadapi istri dan anaknya yang sedang
sakit, justru tidak dapat merasa
tenang, karena ada ancaman terhadap haknya. Dokter tidak dapat berbuat apa-apa bila
menghadapi keluarganya yang
sakit, karena ia
merasa khawatir. Dalam
hal ini dokter itu harus
bersikap seperti menghadapi
pasien yang bukan
keluarganya.
Cara
lain yang mungkin juga baik untuk
digunakan dalam mengatasi
kegelisahan atau kecemasan yaitu
dengan memerlukan sedikit pemikiran;
pertama-tarna, kita tanyakan kepada diri
kita sendiri (introspeksi). akibat yang
paling buruk yang bagaimanakah yang
akan kita tanggung atau yang akan
terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa penyebabnya dan sebagainya. Apabila kita dapat
menganalisa akibat yang akan ditimbulkan
olch kecernasan tersebut dan bila kita
tidak dapat mengatasinya, kita dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapinya,karena tidak
semua pengalaman di
dunia ini menyenangkan. Yang kedua kita
bersedia menerima akibatnya
dengan rasa tabah
dan senang hati
niscaya kecemasan tersebut akan sima dalam jiwa kita. Dan yang ketiga,
dengan bersama-sama berjalannya
waktu kita dapat
mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat
timbulnya kecernasan,dengan
demikian kita akan tidak merasakan lagi adanya
rasa kecemasan / kegelisahan
dalam jiwa.
Untuk
mengatasi kegelisahan yang paling ampuh
kita memasrahkan diri kepada
Tuhan.Kita pasrahkan nasib
kita sepenuhnya kepada-Nya,
kita harus percaya
bahwa Tuhanlah Maha Kuasa.
Maha Pengasih, Maha
penyayang dan Maha
Pengampun.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Berbicara
tentang manusia, berbicara pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia.
Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan
hakikat kehidupan manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia
mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.
Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka
yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan
sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap
keserakahan dan konflik yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada
akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun
bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian
mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan
dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya,
kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari
keterasingan yang dialami seseorang bisa
saja menciptakan kondisi kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja
menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang
tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa
hidup sendiri. Untuk mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang
paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif)
kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu mengingat Dia.
DAFTAR
PUSTAKA:
[1] https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/05/09/manusia-dan-kegelisahan/
[2] http://manusiadankegelisahan77.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar